Manajemen strategi erat kaitannya terhadap suatu merek dan pemasaran suatu produk. Penting untuk mengetahui secara detil dari barang yang ditawarkan, agar mendapatkan suatu terobosan strategi jitu sehingga dapat meningkatkan penjualan pada suatu perusahaan.
Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai Manajemen Strategi dan model barang baru telah mengalami perubahan pesat. Begitu juga dengan varian merek yang menjadi ternama. Masing-masing orang memiliki daya beli berbeda. Sebagian besar konsumen lebih cenderung memilih jenis barang bermerek yang terkenal atau sedang nge-trend pada saat itu. Ini merupakan norma alami bahwa manusia cenderung untuk mengubah pola konsumsi mereka dalam situasi yang berbeda.
Guna mempertahankan merek tersebut, banyak perusahaan mempekerjakan individu terampil, seperti pengelolaan manajemen nama besar (merek), dengan tujuan meningkatkan keuntungan. Sumber daya ini merupakan orang-orang terpilih dengan fungsi utama dalam merumuskan rencana pemasaran bagi produk yang dikelola. Namun, para manajer telah menyadari bahwa konsumen sekarang menuntut untuk produk, berfokus pada nilai-nilai khusus sehingga meningkatkan loyalitas mereka terhadap merek tertentu. Dengan kata lain, konsumen sekarang menuntut mendapatkan merek otentik. Istilah ‘otentik’ dapat didefinisikan sebagai fakta kualitas barang terpercaya.
Agen komersial dan manajer bersama-sama mengolah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan target pasar mereka. Namun, kedua keinginan ini terkadang bertentangan dengan tren terbaru masyarakat terhadap suatu nama barang, seperti misalnya, masyarakat menganggap bahwa suatu barang tersebut sesuai dengan penawaran pada iklan, sementara pihak produsen memberikan penurunan kualitas. Masalah lainnya adalah dalam menciptakan keaslian gambar bagi konsumen. Hal ini dapat menjadi ciri khas dari suatu nama barang, terhadap paradigma konsumen. Misalnya, menampilkan iklan bagi produk kecantikan tubuh ideal, dengan memberikan model dengan postur tubuh ramping, meskipun tanpa mengkonsumsi produk yang ditampilkan. Hal ini akan menciptakan bayangan persuasif pada masyarakat, bahwa dengan menggunakan produk sama, tubuh mereka pun akan segera sama dengan model iklan tersebut. Kemudian perusahaan sama juga memproduksi barang kosmetik lainnya, sehingga menjadikan ciri khas tersendiri bagi merek perusahaan tersebut pada barang-barang kecantikan.
Contoh Manajemen Strategi
Satu contoh nyata dari Manajemen Strategi lainnya adalah merek ternama mie instan yang sering kita konsumsi. Produk ternama sejak lama ini, telah memberikan memori tersendiri bagi masyarakat. Sehingga, meskipun muncul beberapa brand baru lainnya, orang-orang tetap akan menyebutkan nama merek terkenal tersebut, meski maksudnya adalah produk label lain. Beberapa contoh lainnya juga terdapat pada brand air mineral, juga pada brand pasta gigi. Orang akan lebih mudah menyebutkan nama dari brand tersebut, dibandingkan harus menyebutkan istilah ‘air mineral’ atau ‘pasta gigi’.
Sebagaimana disebutkan di atas, perusahaan telah merumuskan banyak strategi untuk membuat produk mereka terlihat dan terdengar otentik. Bisnis tidak selalu membuat asumsi bahwa produk otentik menjadi penanda keberhasilan, karena adanya pandangan berbeda mengenai hal ini. Sebuah produk otentik untuk satu orang mungkin tidak untuk orang lain. Pemasar perlu untuk menunjukkan keaslian dari barang yang ditawarkan, karena banyak sekali beberapa perusahaan memiliki sistem rekayasa, seperti misalnya ‘memiliki berbagai produksi di beberapa negara’, atau ‘brand ternama sejak tahun 1900′ dan lain sebagainya.
Gagasan untuk menciptakan keaslian di kalangan konsumen tidak hanya ditujukan untuk pembuatan laba. Pemasar harus bekerja dengan target pasar mereka untuk mempelajari dan memahami faktor-faktor yang memainkan peran penting dalam target penjualan mereka. Hal ini akan memberikan gambaran bisnis yang lebih jelas seperti bagaimana cara memasarkan produk. Proses menciptakan keaslian akan menjadi efek tidak langsung pada suatu bisnis yang sukses dalam menangkap target pasar mereka. Adalah umum bagi konsumen untuk setia kepada merek-merek yang memenuhi kebutuhan mereka, tidak peduli ternama atau bukan. Setelah konsumen merasa puas terhadap kualitas suatu barang, konsumen akan membuat persepsi mereka sendiri dari produk tertentu dan merek. Persepsi itu lah yang menjadi penyebab utama terbentuknya keaslian untuk produk tersebut.
Fakta bahwa keaslian penting untuk penjualan dan laba perusahaan tidak bisa dipungkiri. Namun, manajer merek dan pemasar harus mengecilkan nilai komersial dari upaya keaslian mereka dan fokus pada kebutuhan target pasar mereka. Dengan kata lain, keasliannya tidak boleh digunakan sebagai alat komersial, melainkan sebagai bukti nyata kepada konsumen. Perusahaan harus melepaskan struktur formal dan kegiatan kerja sehari-hari dalam rangka mempertahankan legitimasi moral, sementara juga tetap menguntungkan, mereka harus memberikan penampilan eksternal (yaitu dalam segi barang) sesuai dengan aturan yang diharapkan masyarakat atau subkultur mereka, sementara secara internal, terus melakukan investasi dalam kualitas, pengetahuan pasar, dan pelanggan informasi inovasi.
Sumber : http://www.google.com